Museum Subak: Rumah Edukasi Warisan Budaya Dunia
Salah Satu Koleksi Museum Subak Sanggulan (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Berbagai
keunikan dan karakter khusus itulah yang kemudian mampu menjadi daya
tarik tersendiri bagi para wisatawan, bahkan bisa dikatakan bahwa subak
merupakan salah satu alasan penting mengapa wisatawan ingin berkunjung
ke Bali, disamping karena keindahan panorama alam dan kebudayaan
masyarakat Bali. Selain wisatawan, subak juga telah berhasil menyita
perhatian kalangan pakar pembangunan pertanian dan pedesaan, kalangan
ahli-ahli ilmu sosial (sosial dan antropologi) serta para pemerhati
masalah teknis keirigasian (irrigation engineering). Berbagai
hasil kajian tentang subak pun kemudian bermunculan baik yang merupakan
karya peneliti asing maupun peneliti dari dalam negeri. Pada awalnya
kajian tentang subak lebih bayak dilakukan oleh ahli-ahli barat seperti
Liefrinck, Covarrubias, Grader, Berkelbach, Geertz, Lansing dan lain
sebagainya. Namun belakangan ahli-ahli dari dalam negeri pun turut
melakukan kajian tentang subak, seperti yang dilakukan oleh beberapa
peneliti dari Universitas Udayana yang dimotori oleh Prof. Dr. Nyoman
Sutawan.
Citra positif tentang Subak terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya pengakuan dari badan khusus PBB yaitu UNESCO (United Nations Educational, Science, and Cultural Organization). Tepat pada tanggal 29 Juni 2012 UNESCO menetapkan Subak sebagai salah
satu warisan budaya dunia melalui sidang umum yang digelar di Saint
Petersburg, Rusia. Penetapan tersebut merefleksikan pengakuan dunia
terhadap nilai luar biasa dan universal subak sehingga dunia turut
melindunginya (travel.kompas.com). Akan tetapi pengakuan yang telah
diperjuangkan selama duabelas tahun lamanya (2000-2012) ini tidak serta
merta meningkatkan kesadaran masyarakat Bali akan kelestarian subak, utamanya dari kalangan generasi muda. Sebagian besar generasi muda Bali tampak demikian antipati terhadap subak
yang erat kaitannya dengan dunia pertanian yang selama ini konotasinya
negatif karena pertanian dianggap tidak mampu mengangkat derajat sosial
ekonomi dari masyarakat yang menggelutinya. Kebanggan yang begitu besar
memang ditunjukkan oleh seluruh elemen masyarakat Bali terhadap subak
atas penetapannya sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, namun
sayang kebanggaan tersebut belum terimplementasi secara optimal dalam
bentuk usaha nyata pelestarian subak.
Selama
ini usaha pelestarian subak yang pernah dilaksanakan oleh pemerintah
cenderung bersifat konvensional, yaitu hanya berorientasi pada fisik
subak seperti pemberian dana bantuan untuk perbaikan infrastruktur.
Aspek yang tidak kalah pentingnya yang sering diabaikan dalam usaha
pelestarian subak misalnya pemberian edukasi kepada masyarakat utamanya
generasi muda tentang nilai-nilai luhur subak yang patut dijaga
kelestariannya. Aspek inilah yang kedepan harus turut digalakkan oleh
pemerintah, terlebih lagi saat ini telah berkembang berbagai metode
edukasi baru yang semakin kreatif dan inovatif salah satunya dengan
mengintegrasikan teknologi Augmented Reality, yaitu sebuah teknologi visual yang menggabungkan objek atau dunia virtual ke dalam tampilan dunia nyata secara real time yang dapat dijalankan pada perangkat smartphone atau tablet yang berbasis Android dan iOS (Fathoni et.al., 2012).
Pemanfaatan teknologi Augmented Reality dalam
kerangka pelestarian budaya sebelumnya telah sukses dikembangakan oleh
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA), Singaraja-Bali dalam bentuk Augmented Reality Book, yaitu sebuah buku yang terintegrasi dengan teknologi Augmented Reality yang dapat menampilkan objek tiga dimensi (3D), teks, dan suara sehingga buku tersebut terkesan lebih menarik dan interaktif. Augmented Reality Book yang berhasil dikembangkan tersebut diantaranya (1) Augmented Reality Book Penganalan Barong Bali yang dikembangkan oleh Gede Sukra Ardipa; (2) Augmented Reality Book Pengenalan Topeng Bali Klasik yang dikembangkan oleh Made Lanang Nugraha; dan (3) Augmented Reality Book Pengenalan Jenis-Jenis Petulangan yang dikembangkan oleh Agus Nyoman Reditya Ary Prasetya.
Namun
jauh sebelum itu, sebenarnya di Bali telah berdiri sebuah "rumah
edukasi" mengenai subak, yaitu Museum Subak yang digagas oleh I Gusti
Ketut Kaler seorang pakar adat dan agama pada tanggal 17 Agustus 1975.
Gagasan ini kemudian disambut baik oleh Gubernur Bali saat itu yakni
Prof. Dr. Ida Bagus Mantra dan selanjutnya didirikanlah Museum Subak di
Jalan Gatot Subroto, Sanggulan, Kediri, Tabanan. Dipilihnya Tabanan
sebagai lokasi pendirian museum sejalan dengan Kabupaten Tabanan yang
mempunyai subak terbanyak dan terluas arealnya di Bali yang kemudian
menyebakkannya sering dijuluki sebagai Lumbung Berasnya Bali. Secara
resmi museum ini berdiri sejak tanggal 13 Oktober 1981 dengan mengusung
beberapa tujuan diantaranya (1) menggali
dan menghimpun berbagai benda dan data yang berkaitan dengan subak,
termasuk yang mempunyai nilai sejarah serta menyuguhkannya sebagai
sarana studi/penelitian; (2) menyelamatkan, mengamankan, dan memelihara berbagai benda yang berkaitan dengan subak; (3) menyuguhkan berbagai bahan informasi dan dokumentasi serta sebagai media pendidikan tentang subak; dan (4) tempat rekreasi/ objek pariwisata.
Di
Museum Subak ini disimpan berbagai koleksi yang diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori seperti (1) Perlengkapan Organisasi Subak; (2)
Pembukaan Lahan Pertanian; (3) Membuat Saluran Air dan Terowongan; (4)
Perlengkapan Upacara; (5) Pengolahan Tanah; (6) Membersihkan Tanaman
Padi; (7) Penangkap Ikan; (8) Menghalau Hama; (9) Panen; (10) Menumbuk
Padi; (11) Alat-Alat Memasak; (12) Alat-Alat Menghidangkan
(museumsubak.com).
1. Perlengkapan Organisasi Subak. Perkembangan
Subak sebagai suatu organisasi sodial yang bergerak dalam sektor
pertanian mempunyai berbagai macam kegiatan antara lain mengadakan rapat
anggota subak yang berlangsung setiap 35 hari sekali secara rutin dan
rapat tak berkala yang dilakukan apabila terdapat suatu permasalahan
yang dianggap mendesak untuk dibicarakan.
2. Pembukaan Lahan Pertanian. Apabila akan mengadakan perluasan areal pertanian, dilakukan perabasan hutan/ semak yang tidak berfungsi serta memungkinkan untuk dialiri air dan ditanami padi. Alat yang dipergunakan antara lain: kandik, kapak, gergaji, caluk dll.
3. Membuat Saluran Air dan Terowongan. Dalam rangka mengalirkan air dari sumbernya ke areal pertanian dibuat saluran-saluran baik saluran biasa diatas tanah maupun dalam tanah.
4. Perlengkapan Upacara. Untuk menyatakan rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa anggota Subak selaku umat Hindu melakukan upacara-upacara dengan menghaturkan sesajen, selain itu didalam melakukan aktivitas dicarilah hari yang dianggap baik dengan menggunakan “tika atau wariga”.
5. Pengolahan Tanah. Setelah beberapa hari digenangi air, pekerjaan mengolah tanah dapat dimulai. Pekerjaan pertama yaitu menggemburkan tanah dengan jalan mencangkul atau membajak dengan alat yang desebut tenggala (bajak), ditarik oleh sapi atau kerbau. Bersamaan dengan pekerjaan ini dilakukan penyemaian bibit padi pada suatu sudut tanah itu pula. Dalam pengolahan tanah ini, adapaun peralatan yang dipergunakan antara lain: tenggala, lampit, cangkul, pemelasah, grinding, juga terdapat alat untuk mengerjakan bibit padi yaitu: sabit, penjepit bibit, tempeh, suwah bulih.
6. Membersihkan Tanaman Padi. Kurang lebih dua minggu setelah bibit ditanam, dilakukan pembersihan pada tumbuhan pengganggu tanaman padi. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan memakai tangan yang disebut dnegan mejukut, dapat juga menggunakan alat seperti pengelondohan, kiskis, sorok dan penampad.
7. Penangkap Ikan. Para petani mengisi waktu senggang melaksanakan pekerjaan sambil menangkap ikan di sawah atau di sungai menggunakan berbagai alat perangkap seperti bubu, seser, sugsug, dungki dll.
8. Menghalau Hama. Apabila bunga padi mulai tampak, sering berbagai jenis hama datang menyerang seperti: burung, tikus, serangga dan sebagainya. Untuk menghalau hama-hama itu para petani membuat lelakut (orang-orangan sawah) dan bunyi-bunyian dari bambu yang disebut kepuakan.
9. Panen. Apabila padi sudah menguning dan dianggap cukup untuk dipotong, pertama-tama sebelum dipotong diadakan upacara yang ditujukan kepada dewi Sri. Alat yang digunakan untuk panen antara lain: anggapan(ani-ani) sebagai pemotong padi, penatapan alat untuk meratakan ikatan padi, pengeret alat untuk memperkuat ikatan padi, sabit alat untuk memotong padi, sanan alat untuk memikul padi.
10. Menumbuk Padi. Masyarakat Bali mengolah padi menjadi beras (menumbuk padi) biasanya mempergunakan peralatan yang terbuat dari bahan alam antara lain: luu, lesung, sok, nyiru, sidi dan sebagainya.
11. Alat-Alat Memasak. Alat-alat ini dibuat dengan bentuk sederhana dari bahan alami, contohnya periuk yang dibuat dari tanah liat dibakar, sendok sayur, calung (tempat garam), kuskusan, semprog, sepit, kekeb, suit, pengedangan, pulu, batu base, pisau , talenan dan lain-lain.
12. Alat-Alat Menghidangkan. Biasanya setelah memasak diperlukan alat untuk menghidangkan makanan dan minuman. Alat-alat tersebut antara lain: sok nasi (tempat nasi), kawu (piring dari tempurung kelapa), sendok nasi, tempat sambel, caratan (tempat air minum).
2. Pembukaan Lahan Pertanian. Apabila akan mengadakan perluasan areal pertanian, dilakukan perabasan hutan/ semak yang tidak berfungsi serta memungkinkan untuk dialiri air dan ditanami padi. Alat yang dipergunakan antara lain: kandik, kapak, gergaji, caluk dll.
3. Membuat Saluran Air dan Terowongan. Dalam rangka mengalirkan air dari sumbernya ke areal pertanian dibuat saluran-saluran baik saluran biasa diatas tanah maupun dalam tanah.
4. Perlengkapan Upacara. Untuk menyatakan rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa anggota Subak selaku umat Hindu melakukan upacara-upacara dengan menghaturkan sesajen, selain itu didalam melakukan aktivitas dicarilah hari yang dianggap baik dengan menggunakan “tika atau wariga”.
5. Pengolahan Tanah. Setelah beberapa hari digenangi air, pekerjaan mengolah tanah dapat dimulai. Pekerjaan pertama yaitu menggemburkan tanah dengan jalan mencangkul atau membajak dengan alat yang desebut tenggala (bajak), ditarik oleh sapi atau kerbau. Bersamaan dengan pekerjaan ini dilakukan penyemaian bibit padi pada suatu sudut tanah itu pula. Dalam pengolahan tanah ini, adapaun peralatan yang dipergunakan antara lain: tenggala, lampit, cangkul, pemelasah, grinding, juga terdapat alat untuk mengerjakan bibit padi yaitu: sabit, penjepit bibit, tempeh, suwah bulih.
6. Membersihkan Tanaman Padi. Kurang lebih dua minggu setelah bibit ditanam, dilakukan pembersihan pada tumbuhan pengganggu tanaman padi. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan memakai tangan yang disebut dnegan mejukut, dapat juga menggunakan alat seperti pengelondohan, kiskis, sorok dan penampad.
7. Penangkap Ikan. Para petani mengisi waktu senggang melaksanakan pekerjaan sambil menangkap ikan di sawah atau di sungai menggunakan berbagai alat perangkap seperti bubu, seser, sugsug, dungki dll.
8. Menghalau Hama. Apabila bunga padi mulai tampak, sering berbagai jenis hama datang menyerang seperti: burung, tikus, serangga dan sebagainya. Untuk menghalau hama-hama itu para petani membuat lelakut (orang-orangan sawah) dan bunyi-bunyian dari bambu yang disebut kepuakan.
9. Panen. Apabila padi sudah menguning dan dianggap cukup untuk dipotong, pertama-tama sebelum dipotong diadakan upacara yang ditujukan kepada dewi Sri. Alat yang digunakan untuk panen antara lain: anggapan(ani-ani) sebagai pemotong padi, penatapan alat untuk meratakan ikatan padi, pengeret alat untuk memperkuat ikatan padi, sabit alat untuk memotong padi, sanan alat untuk memikul padi.
10. Menumbuk Padi. Masyarakat Bali mengolah padi menjadi beras (menumbuk padi) biasanya mempergunakan peralatan yang terbuat dari bahan alam antara lain: luu, lesung, sok, nyiru, sidi dan sebagainya.
11. Alat-Alat Memasak. Alat-alat ini dibuat dengan bentuk sederhana dari bahan alami, contohnya periuk yang dibuat dari tanah liat dibakar, sendok sayur, calung (tempat garam), kuskusan, semprog, sepit, kekeb, suit, pengedangan, pulu, batu base, pisau , talenan dan lain-lain.
12. Alat-Alat Menghidangkan. Biasanya setelah memasak diperlukan alat untuk menghidangkan makanan dan minuman. Alat-alat tersebut antara lain: sok nasi (tempat nasi), kawu (piring dari tempurung kelapa), sendok nasi, tempat sambel, caratan (tempat air minum).
0 comments :
Post a Comment