Breaking News
Loading...
Friday, January 3, 2014

Program Bali Mandara: Jawaban Realistis Wacana “Ajeg Bali”

Ilustrasi Gambar JKBM sebagai Bagian dari Program Bali Mandara
(Sumber Gambar: http://programjkbmbali.blogspot.com/)
Bali Mandara, demikianlah tagline yang diusung oleh pemerintah provinsi Bali di bawah kepemimpinan sosok Gubernur karismatik bernama I Made Mangku Pastika empat tahun belakangan ini dalam menjalankan roda pemerintahan. Suku kata ‘mandara’ merupakan akronim dari kata maju, aman, damai, dan sejahtera yang selanjutnya menjadi misi bersama seluruh elemen masyarakat Bali. Selain merupakan sebuah akronim, Bali Mandara juga memiliki korelasi yang demikian erat dengan Hindu, bukan semata-mata karena kata mandara berasal dari bahasa Sansekerta, tetapi lebih karena filosofi dari keseluruhan program Bali Mandara yang merupakan hasil adopsi dari nilai-nilai luhur agama Hindu seperti misalnya konsep Yadnya, Tri Hita Karana, Tat Twam Asi, dan lain sebagainya.
Menilisik lebih jauh, Program Bali Mandara sesungguhnya merupakan sebuah program yang lahir dari hasil analisis kritis dan mendalam atas segala problematika yang dialami oleh masyarakat Bali terkait dengan (1) kemiskinan dan pengangguran; (2) mutu layanan pendidikan dan kesehatan; (3) daya saing; (4) industri kecil, pariwisata, dan UMKM; (5) pengelolaan lingkungan hidup dan pelestarian budaya; (5) ketentraman, ketertiban, penanggulangan bencana dan pengamanan; (7) infrastruktur; dan (8) reformasi birokrasi dan tata kelola. Garis-garis besar permasalahan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terlahirnya program-program unggulan Bali Mandara seperti Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), Bedah Rumah, Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri), Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida), beasiswa prestasi untuk siswa dari keluarga miskin, Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Bali Mandara (Gerbangsadu Mandara), Bali Green Province, dan bursa kerja online.  
Bak gayung bersambut, program-program Bali Mandara yang digulirkan pemprov Bali disambut antusias oleh masyarakat Bali dari berbagai kalangan sejak pertama kali diluncurkan. Selain karena dianggap pro rakyat, program Bali Mandara juga dinilai relevan dan sejalan dengan kultur sosial masyarakat Bali yang sangat lekat dengan agama, adat istiadat, seni, dan budaya. Inilah yang kemudian menjadi modal berharga dan pelecut semangat bagi pemprov Bali dalam menjalankan program-program Bali Mandara sehingga program-program ini bisa berjalan secara optimal. Dan benar saja, program-program Bali Mandara yang dijalankan atas dasar sinergi positif antara pemprov dan masyarakat Bali ini secara komulatif telah mampu membawa Bali ke arah kemajuan. Pernyataan ini bukanlah isapan jempol semata, akan tetapi kemajuan yang dimaksud didasarkan pada data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Prosentase tingkat kemiskinan saja sebenarnya sudah cukup dijadikan sebagai indikator untuk mengatahui berhasil atau tidaknya program Bali Mandara, sebab secara garis besarnya program-program Bali Mandara bermuara pada upaya pengentasan kemiskinan. Data menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan masyarakat Bali dari tahun ke tahun semenjak program Bali Mandara ini bergulir terus mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan data resmi yang dirilis BPS Provinsi Bali, pada tahun 2008 yang merupakan tahun awal bergulirnya berbagai program Bali Mandara, jumlah penduduk miskin di Bali tercatat sebanyak 6,17% dari keseluruhan jumlah penduduk Bali. Namun setahun berikutnya yakni pada tahun 2009, prosentase tingkat kemiskinan penduduk Bali perlahan mulai mengalami penurunan hingga menjadi 5,13%. Kemudian pada tahun 2010 prosentase tingkat kemiskinan di Bali kembali turun menjadi 4,88%. Tren positif ini terus berlanjut dimana pada tahun 2011 penduduk miskin di Bali hanya tercatat sebanyak 4,20%. Puncaknya yaitu pada tahun 2012 kemarin, per bulan maret penduduk Bali yang berada di bawah garis kemiskinan hanya tersisa sebanyak 4,18%. Bahkan jumlah itu kembali mengalami penurunan hanya dalam kurun waktu beberapa bulan, data menunjukkan pada bulan september tahun 2012 prosentase jumlah penduduk miskin di Bali tinggal 3,95%. Angka ini kemudian mengantarkan Provinsi Bali untuk menduduki peringkat dua nasional setelah provinsi DKI Jakarta untuk urusan prosentase jumlah penduduk miskin.
Namun sebagai langkah antisipatif terhadap munculnya anggapan penyajian data secara parsial yang semata-mata hanya untuk kepentingan pencitraan yang sarat akan muatan politis, maka perlu adanya pemaparan data-data statistikal penunjang lain yang dapat dijadikan sebagai indikator bahwa program Bali Mandara memang telah berhasil membawa Bali ke arah kemajuan. Adapun data-data yang dimaksud antara lain terkait dengan semakin berkembangnya ekonomi kerakyatan yang berpotensi besar dapat mengangkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Hal ini terlihat dari data BPS yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Bali didominasi oleh penduduk yang bermukim di daerah perkotaan. Data kesehatan masyarakat Bali juga menunjukkan tren positif, yang tercermin dari semakin meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan, dan menurunnya angka kematian bayi dari tahun ke tahun sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Sementara itu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bali yang merupakan indikator hasil pembangunan yang diukur dari pertumbuhan ekonomi, faktor kesehatan dan pendidikan juga tercatat mengalami peningkatan yakni pada tahun 2010 berhasil mencapai angka 72,28 setingkat di atas rata-rata IPM nasional yang hanya mampu mencapai angka 72,27. Prestasi ini juga sekaligus memutus daftar panjang catatan buruk IPM Bali yang sebelumnya selalu berada di bawah rata-rata IPM nasional.
Selain dalam bentuk data statistik, keberhasilan program Bali Mandara juga ditunjukkan dengan munculnya testimoni-testimoni positif dari berbagai kalangan masyarakat Bali terutama masyarakat dari kalangan ekonomi menengah kebawah yang merasa sangat terbantu dengan program-program Bali Mandara seperti JKBM dan Bedah Rumah. Ketut Jaya adalah salah seorang yang memberikan testimoni positif terkait pelaksanaan program Bali Mandara khususnya JKBM. Ia yang hanya seorang buruh ukir tidak tega melihat istrinya Nyoman Ratni yang terus meringis kesakitan karena didiagnosa mengalami hamil di luar kandungan yang mengakibatkan istrinya terus menerus mengalami pendarahan. Namun apa daya, maksud hati ingin melihat sang istri sembuh setelah dibawanya sang istri ke RSUD Sanjiwani Gianyar, ia malah dihadapkan pada besarnya biaya operasi yang harus ia lunasi, yaitu sebesar 31 juta rupiah, jumlah yang sangat fantastis untuk ukuran seorang buruh ukir seperti dirinya.  Namun bak ketiban durian runtuh tepat pada saat yang bersamaan ia bertemu dengan ketua GASOS (Gerakan Solidaritas Sosial) Bali, I Wayan Lanang Sudira yang kebetulan pada saat itu sedang memantau pelaksanaan program JKBM, dan pada saat itupula ia diperkenalkan pada program JKBM dan alhasil istrinya bisa dioperasi hingga sembuh sampai sekarang tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.
Testimoni serupa juga disampaikan oleh dua orang kepala desa yakni I Gde Partadana kepala Desa Bebandem, Karangasem dan I Made Sumita kepala Desa Pejarakan, Buleleng. Namun kali ini testimoni yang disampaikan berkaitan dengan program Gerbangsadu Mandara yang mulai digulirkan sejak bulan april 2012 lalu, dimana pada awal pelaksanaannya pemprov telah menentukan lima desa sebagai pilot project. Intinya mereka sangat mengapresiasi bergulirnya program Gerbangsadu Mandara ini karena dengan program ini masyarakat di desa yang masing-masing mereka pimpin menjadi terberdayakan sehingga dengan demikian diharapkan nantinya akan berimbas pada peningkatan pendapatan perkapita mereka yang selanjutnya akan mengurangi angaka kemiskinan di Bali khususnya di daerah pedesaan.
Salah seorang politisi militan asal Denpasar yang kini juga duduk sebagai Ketua Komisi I DPRD Bali bernama Made Arjaya juga dikabarkan turut mengapresiasi pelaksanaan program Bali Mandara yang dijalankan oleh Pemprov Bali. Selama ini beliau dikenal pro dengan program Bali Mandara bahkan karna tindakannya ini konon katanya ia harus rela ‘diberangus’ dari DCS (Daftar Calon Sementara) untuk maju dalam pemilihan legislatif (Pileg) tahun 2014 mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa program Bali Mandara yang selama ini telah bergulir tidak hanya diapresiasi oleh masyarakat yang berasal dari kalangan ekonomi menengah kebawah tapi juga oleh kalangan politisi.
Program Bali Mandara khususnya JKBM belakangan ini juga menjadi semakain ramai diperbincangkan publik bahkan sempat menghiasi headline dari berbagai media cetak selama sekian hari. Bukan lagi karna manfaatnya yang sudah dirasakan masyarakat, tapi kali ini program JKBM menjadi ‘buah bibir’ karena mencuatnya kasus klaim terhadap program JKBM itu sendiri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Kasus ini disinyalir berhubungan erat dengan hajatan pesta demokrasi yang akan di gelar oleh Provinsi Bali tahun ini, yaitu pemilihan Gubernur (Pilgub) untuk periode pemerintahan tahun 2013 hingga tahun 2018. Klaim terhadap program Bali Mandara ini diduga karena JKBM merupakan program yang bisa dijadikan sebagai ‘komoditi politik’ yang bernilaijual tinggi untuk menarik simpati masyarakat Bali menjelang Pilgub bulan mei mendatang yang muaranya sudah bisa ditebak yaitu untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya bagi pasangan calon tertentu. Fenomena ini tentu telah menggambarkan secara gamblang betapa program JKBM ini dicintai masyarakat, sudah barang tentu ini juga merupakan indikasi bahwa program JKBM telah berhasil dalam membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Bali.
Secara pribadi penulis juga sangat mengapresiasi pelaksanaan program-program Bali Mandara tentunya dengan tetap mengedepankan prinsip objektivitas. Betapa tidak, program-program ini telah berhasil menghasilkan data statistik yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan, peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dan peningkatan IPM Bali bahkan bisa melampaui rata-rata IPM nasional. Selain itu penulis juga menilai bahwa program-program Bali Mandara memang sangat bagus ditinjau dari segi konsep program karena sama sekali tidak meninggalkan local genius  Bali dalam pelaksanaannya. Salah satu yang dapat penulis contohkan yakni dalam hal pengelolaan Simantri, disini sangat kental unsur menyama braya nya karena semua petani yang tergabung dalam suatu kelompok tani harus bahu membahu membangun kelompok taninya karena jika tidak, hampir bisa dipastikan bahwa kelompok taninya akan mandeg. Sehingga dengan konsep yang seperti ini selain dapat membantu mengentaskan kemiskinan, diharapkan juga akan mampu untuk semakin merekatkan masyarakat Bali khususnya yang tergabung dalam satu kelompok tani.
Terlepas dari upaya pengentasan kemiskinan yang memang menjadi misi utama, pemprov Bali juga tidak lantas mengesampingkan bahkan melupakan pelestarian budaya Bali yang selama ini menjadi komoditi utama pariwisata Bali. Perhatian pemerintah perhadap budaya Bali juga tertuang dalam program Bali Mandara seperti misalnya pemberian intensif untuk seluruh desa pakraman dan subak di Bali yang mana nominalnya diupayakn untuk terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut analisis penulis, dua program ini cukup untuk menggambarkan betapa jeli-nya pemprov Bali dalam ‘menelurkan’ program kerja, karena menurut penulis kedua sendi itulah yang memang harus diperkokoh guna mendukung usaha pelsetarian budaya Bali. Desa pakaraman yang notabene merupakan ‘benteng’ terakhir pelestarian adat istiadat dan budaya Bali memang sudah selayaknya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Ibarat sebuah kerajaan, jika bentengnya sudah rapuh maka kerajaan lain akan dengan leluasa menyerang dan menguasai kerajaan tersebut. Demikian halnya dengan subak, karena sebenarnya budaya Bali memiliki korelasi dengan dunia pertanian, bahkan bisa dikatakan bahwa hampir semua budaya Bali berakar pada sektor pertanian. Maka dari itu sangat tepat jika desa pakraman dan subak diprioritaskan sebagai sendi yang harus diperkokoh dan dilestarikan keberadaanya.
Singkat kata, program Bali Mandara yang dilaksanakan oleh pemprov Bali di bawah komando Mangku Pastika saat ini merupakan jawaban yang paling realistis dari wacana ‘ajeg Bali’ yang selama ini didengung-dengungkan oleh berbagai pihak. Tidak saja karena dinilai mampu mengangkat masyarakat Bali dari bawah garis kemiskinan tapi juga karena tetap berpegang pada adat istidat dan budaya Bali yang adiluhung serta senantiasa mengedepankan prinsip relevansi yang logis dan dinamis. Meski demikian program Bali mandara bukan berarti tanpa cacad, ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki seperti misalnya masalah pengawasan, teknis pelaksanaan, dan kesinambungan program, serta koordinasi. Lini inilah yang harus lebih digenjot guna memantapkan program Bali Mandara sebagai program terbaik menuju ajegnya Bali yang agung dan ‘shanti’.

Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Bali Mnadara Tekan Angka Kemiskinan. Diakses dari situs http://bali.antaranews.com/berita/25121/bali-mandara-tekan-angka-kemiskinan pada tanggal 20 Maret 2013.
Anonim. 2013. Arjaya Diberangus dari Pencalegan. Diakses dari situs http://www.nusabali.com/opendoc.php?page=0&id=28860&date=2013-03-14%2002:13:40 pada tanggal 20 Maret 2013.
Anonim. 2013. Hasil Komulatif Implementasi Bali Mandara. Diakses dari situs http://www.mademangkupastika.com/hasil-komulatif-implementasi-bali-mandara.php pada tanggal 20 Maret 2013.
Anonim. 2013. Menderita Hamil di Luar Kandungan, Biaya Operasi 31 Juta Terbayar Berkat JKBM. Diakses dari situs http://mademangkupastika.com/read-news.php?read=5689945 pada tanggal 20 Maret 2013.
Anonim. 2013. Bali Mandara Berdasarkan Filosofi Hindu. Diakses dari situs http://www.mademangkupastika.com/read-news.php?read=5689947 pada tanggal 20 Maret 2013.
Bapeda Bali. 2012. Data BPS, Angka Kemiskinan Menurun Program Bali Mandara Tekan Angka Kemiskinan. Diakses dari situs http://www.bappeda.baliprov.go.id/berita/2012/7/%E2%80%BA-data-bps-2012-angka-kemiskinan-menurun-program-bali-mandara-tekan-angka-kemiskin pada tanggal 20 Maret 2013.
Bapeda Bali. 2012. Data BPS, Testimoni Kepala Desa Penerima Gerbangsadu. Diakses dari situs http://www.bappeda.baliprov.go.id/berita/2012/10/testimoni-kepala-desa-penerima-program-gerbangsadu pada tanggal 20 Maret 2013.
Biro Humas Setda Bali. 2012. Empat Tahun Program Bali Mandara, Mantapkan Sinergi Positif untuk Kesejahteraan Masyarakat Bali. Diakses dari situs http://www.baliprov.go.id/-small--b-Empat-Tahun-Program-Bali-Mandara--b---small--br--Mantapkan-Sinergi-Positif-untuk-Kesejahteraan-Masyarakat-Bali pada tanggal 20 Maret 2013.
Biro Humas Setda Bali. 2013. Bali Mandara, Program Pro Rakyat Tekan Kemiskinan. Diakses dari situs http://www.baliprov.go.id/Bali-Mandara--Program-Pro-Rakyat-Tekan-Angka-Kemiskinan pada tanggal 20 Maret 2013.


Diikutsertakan dalam Lomba Menulis Bali Mandara Tahun 2013 yang Diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali

0 comments :

Post a Comment

Back To Top